Troy Bayliss Tak Tega Lepas Putranya Bertarung Sendiri di WSSP 2022
Troy Bayliss rupanya tak tega melepas putranya Oli, berpetualang sendirian di World Supersport (WSSP). Jadi untuk satu musim ini, dia akan berada dalam paddock Barni Racing Team.
Foto oleh: Barni Racing Team
Setelah 13 tahun, nama Bayliss kembali terdengar lagi di World Superbike. Oli meneruskan nama besar sang ayah, juara dunia WSBK tiga kali.
Remaja 18 tahun tersebut punya pengalaman memadai dalam kancah balap lokal. Berbagai jenis balapan dari roda dua hingga roda empat dicobanya.
Usai menamatkan sekolah, ia tanpa ragu melangkah level internasional. Kebetulan datang tawaran dari Barni Racing yang berhubungan dengan Ducati. Bayliss senior akan menjadi mentor agar Oli sukses meniti karier balapnya.
“Sungguh menggembirakan untuk keluarga kami, khususnya bagi Oli. Dia tampil dalam balapan dan apa yang dilakukannya cukup baik,” ujarnya dikutip dari situs WSBK.
“Dia mencoba dirt track, motocross, go-kart dan sekarang balapan di jalan aspal. Kami menjaganya agar berada dalam kurva belajar curam, dari kelas Supersport 300 ke Supersport dan sekarang juga di kelas Superbike Australia, dan sangat menyenangkan gabung Barni Racing Team, mengendarai Panigale V2 dan kembali ke Kejuaraan Dunia.
“Saya menantikan untuk kembali ke paddock. Saya akan berada di sana sejak awal. Saya tak mau mengirimnya ke arena sendirian dan ingin membantunya.”
Memiliki ayah seorang pembalap hebat, Oli Bayliss pasti akan dibandingkan hingga ia mampu mencatatkan prestasi setara.
“Kami bersama-sama di trek sudah sangat lama, jadi saya tidak mau jadi beban. Saya ingin berada di sana untuk memberi dukungan, serta menjadi ibu sekaligus ayah, karena Kim tak bisa datang,” tutur pria 52 tahun itu.
Troy Bayliss tidak memberi target kepada Oli mengingat ini adalah musim debutnya di WSSP. Ia sudah mengomunikasikan dengan tim.
Hanya saja, dia mesti banyak belajar tentang sirkuit, seluk-beluk pekerjaan di paddock, serta memoles kemampuannya dengan mengamati kolega serta lawan.
“Kami tidak menetapkan target. Dia tahu apa yang diinginkan dan hanya mau menjadi kompetitif. Dia ingin menang. Dia sangat cerdas dengan caranya melakukan pendekatan seperti itu. Anda dengan mudah terburu-buru melakukan sesuatu dan mencoba terlalu keras sesuatu yang terlalu dini,” eks pembalap MotoGP itu menerangkan.
“Semoga dengan beberapa saran dari saya dan tim, kami bisa membuatnya di bawah kontrol, sehingga dia tidak terlalu euforia. Saya membawanya ke Superbike dan dia dapat mengatasi. Tidak mudah mengendarai motor Supersport, tapi itu akan jadi langkah bagus ke Kejuaraan Dunia.
“Dia akan menghadapi banyak trek baru jadi perlu untuk mempelajarinya.”
Ducati Panigale V2 Bayliss
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments