Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Pertarungan Teknis dan Regulasi Reli Dakar 2022

Federation Internationale de l'Automobile (FIA) serta Amaury Sport Organization (ASO), menghadapi salah satu tantangan terbesar dalam sejarah Reli Dakar, dalam upaya menyeimbangkan mobil sesuai regulasi T1+ dan T1U.

#202 Team Audi Sport Audi: Carlos Sainz, Lucas Cruz

Foto oleh: Audi Communications Motorsport

Setelah bertahun-tahun dipandang sebagai kejuaraan di luar dunia motorsport, FIA kini telah memutuskan untuk bekerja sama dengan penyelenggara Reli Dakar, ASO, mulai musim 2022.

Selain menciptakan FIA World Rally Raid Championship yang baru (Dakar adalah event pertama, dengan poin ganda), kedua pihak juga menetapkan dasar regulasi untuk menarik sebanyak mungkin pabrikan mobil.

Langkah besar pertama adalah menyatukan pereli referensi dalam kategori T1+, hanya terdiri dari prototipe 4x4 dengan lebar 2,3 meter, travel suspensi 350 mm, roda 37 inci dan berat minimum 2.000 kg.

Prodrive, melalui Bahrain Raid Xtreme, Toyota Gazoo Racing dan Martin Prokop telah membangun prototipe yang sesuai dengan divisi ini, mengadopsi hampir semua fitur dari buggy yang telah memenangi dua Dakar terakhir berkat kinerja bagus Carlos Sainz, Stephane Peterhansel dan X-raid Mini. Pengecualian utama adalah sistem untuk menggembungkan dan mengempiskan ban di dalam kabin.

Di sisi lain, kategori T1 Ultimate (T1U) telah dirancang untuk mengakomodasi proyek energi terbarukan yang akan membuka jalan bagi masa depan Reli Dakar. Penyelenggara mengharapkan pembalap Elite untuk bersaing dengan mobil-mobil ini pada awal 2026 dan membayangkan reli emisi sangat rendah sebagai solusi akhir dari 2030.

Kedua kategori, T1+ dan T1U, memiliki kecepatan tertinggi terbatas 170 km/jam dibandingkan 180 km/jam yang diizinkan untuk mobil T1 pada 2021.

T1U adalah proyek kompleks yang cocok bagi Audi Sport. Mobil listrik RS Q e-tron mengadopsi peraturan yang sangat mirip dengan combustion engine rival, tetapi dengan fitur khusus, yakni tiga unit MGU listrik dari Formula E dan mesin bahan bakar TFSI efisiensi tinggi dari DTM.

Untuk mengimbangi performa di antara mereka, FIA memasang kotak hitam di masing-masing mobil. Ini akan mengumpulkan sejumlah besar data di setiap tahap untuk menganalisis seberapa jauh setiap prototipe. Juga bakal memungkinkan Balance of Performance (BoP) untuk menyesuaikan kembali parameter yang berbeda di akhir setiap reli. Car ini mirip dengan kelas GTE di World Endurance Championship (WEC).

#202 Team Audi Sport Audi: Carlos Sainz, Lucas Cruz

#202 Team Audi Sport Audi: Carlos Sainz, Lucas Cruz

Photo by: Audi Communications Motorsport

Bagaimana FIA menyeimbangkan performa mobil yang belum balapan pada 2021?

Jawaban atas pertanyaan ini rumit. FIA meminta semua tim referensi untuk membawa mobil mereka guna menjalani tes di Swiss, demi mendapatkan parameter yang diperlukan dalam menyeimbangkan kinerja. Meski faktanya mereka belum pernah berpacu satu sama lain sebelum Dakar (hanya Toyota yang mengikuti reli baru-baru ini).

Dengan demikian, output daya dari mereka semua adalah sekitar 400 bhp, tetapi Audi lebih dari 2,2 ton, yang membuatnya jauh lebih berat ketimbang para pesaingnya. Toyota memiliki tepat 402 bhp dibandingkan dengan sekitar 386 bhp untuk prototipe Jerman. Semua ini dikendalikan oleh kurva daya yang dapat diatur secara elektronik.

Tetapi bos Audi Sport mengeluh tentang perubahan tak terduga dari apa yang dijanjikan 18 bulan lalu, ketika pabrikan memulai proyek mereka.

“Saat kami memulai lebih dari setahun yang lalu, kami dijanjikan banyak hal positif yang akan membantu kami mengatasi masalah dimiliki sejak awal,” tutur Head of Q Motorsport, Sven Quadt, kepada Motorsport.com.

“Namun sekarang T1+ memiliki keunggulan. Masalah utamanya adalah bobotnya. Kami dijanjikan sistem inflasi-deflasi yang memungkinkan kami untuk mengkonsumsi lebih sedikit energi. Semua perhitungan kami didasarkan pada itu. Dan ketika Anda memiliki mobil 2,2 ton, itu membuat perbedaan.

“Kami ingin FIA menyesuaikan BoP selama balapan, tetapi mereka akan melakukannya di akhir balapan. Ini akan menjadi masalah bagi kami, tetapi itulah yang terjadi.

“Kami memiliki lebih banyak torsi di beberapa meter pertama, tentu saja. Tapi itu tidak membuat Anda menang Dakar. Saya kira tujuannya adalah untuk memenangi satu atau dua etape dan kemudian kita akan lihat nanti. Pertanyaan utamanya adalah apakah kami bisa bertahan sampai akhir.”

#207 Toyota Gazoo Racing Toyota: Giniel De Villiers, Dennis Murphy

#207 Toyota Gazoo Racing Toyota: Giniel De Villiers, Dennis Murphy

Photo by: Red Bull Content Pool

Sementara itu, bos Toyota Gazoo Racing, Glyn Hall mengatakan pabrikan pihaknya berada di bawah kekuasaan FIA, karena Audi adalah prototipe yang belum pernah dilombakan dan hanya memiliki sedikit informasi tentang rival.

“Kami semua telah melakukan pekerjaan yang bagus untuk menyiapkan semua peraturan ini dalam 12 bulan, ketika semuanya tampak buruk untuk masa depan setelah 200 pecah ban yang dicatat oleh BF Goodrich di Dakar 2021,” ucapnya.

“Toyota menjelaskan pada Februari lalu, bahwa itu tidak akan berlanjut di Dakar jika kami tidak menyelesaikan masalah ini. Keseimbangan kinerjanya ketat, tetapi kami tidak tahu apa-apa tentang Audi. Peraturan mereka tidak 100 persen terbuka publik atau jelas. Jadi, kami mengandalkan FIA dalam hal ini untuk mengawasi mereka. Saya harap mereka terus mengawasi mereka.

“Orang-orang saya telah melakukan pekerjaan luar biasa dan kami telah fokus pada diri kami sendiri, menyelesaikan lebih dari 7.200 km pengujian. Saya pikir kami memiliki salah satu mobil terbaik yang kami bangun dalam 30 tahun terakhir. Kami telah meningkat pada 2021 dengan 0,3-0,4 detik per kilometer. Tahun ini segalanya lebih adil dalam hal ban dan saya pikir kira memulai Dakar dengan pijakan yang lebih setara dengan rival kami.”

Taruhannya tinggi dan duel tiga arah menjanjikan seru dari hari pertama hingga terakhir. Jika keandalan berbalik dari tim terkemuka, T1 lama, termasuk beberapa buggy seperti yang memenangi dua edisi terakhir Dakar, akan itu masuk dalam pertempuran.

Be part of Motorsport community

Join the conversation

Video terkait

Artikel sebelumnya Dakar 2022: Finis Kedua Sebastien Loeb berkat Nasser Al-Attiyah
Artikel berikutnya Dakar 2022: Danilo Petrucci Mundur dari Etape 2

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia