Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

MotoGP Indonesia Ibarat Lomba Bertahan Hidup bagi Pol Espargaro

Pembalap Honda, Pol Espargaro, mengaku tak bisa melihat lintasan Sirkuit Mandalika karena minimnya visibilitas saat perlombaan akhir pekan lalu.

Pol Espargaro, Repsol Honda Team

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Tampil solid dan bahkan menguasai hasil tes pramusim MotoGP Mandalika, Polyccio justru dibuat kewalahan dengan alokasi ban yang dibawa Michelin. Masalah kian pelik, lantaran balapan berlangsung dalam kondisi basah.

Untuk menghadapi suhu panas trek Mandalika, Michelin membawa konstruksi ban lebih keras, seperti yang digunakan ketika para pembalap kelas premier berlomba di Buriram pada 2018.

Sialnya, kompon ban itu tidak cocok dengan motor Honda RC213V. Alih-alih mengulang performa mengesankan saat tes pramusim, Espargaro malah kedodoran sepanjang akhir pekan MotoGP Indonesia.

“Ya, akhir pekan yang buruk dengan akhir yang buruk. Kecewa dengan jalannya balapan berakhir. Saya pikir saya merasa lebih baik dari itu, tapi ya, ketika hujan turun, saya tidak bisa melihat apa-apa,” tuturnya kepada media, Minggu (20/3/2022).

“Visor (helm) saya menjadi sangat kotor dari lintasan. Ditambah hujan saya tidak bisa mengikuti racing line. Saya tidak tahu tikungan di mana. Saya hanya mengikuti lampu merah (dari motor) Pecco (Francesco Bagnaia). Begitu Pecco melebar, dan saya menyalipnya, saya benar-benar sendirian.”

Pol Espargaro, Repsol Honda Team

Pol Espargaro, Repsol Honda Team

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Espargaro start dari posisi ke-15. Sepanjang perlombaan, dia menghabiskan waktu di luar grup 10 besar. Spaniard melawan sang kakak, Aleix, juga diapit oleh Enea Bastianini dan Alex Marquez.

“Saya berada di grup dari P8 sampai P13, dan saat itu saya menabrak kerb di tikungan cepat. Saya tidak tahu (ada kerb), saya sudah berada di kerb. Saya hampir jatuh,” ucapnya.

“Itu adalah lomba bertahan hidup. Karena saya sangat sulit untuk memahami di mana saya berada di trek dan begitu banyak air. Jadi itu sangat sulit.”

Lebih lanjut, Espargaro mengatakan, bahwa segalanya telah berjalan salah sejak dimulainya MotoGP Indonesia. Dia sebenarnya tak mempermasalahkan soal grid start, tetapi alokasi ban Michelin mengacaukan semua rencana Honda.

Baca Juga:

“Semuanya berjalan salah akhir pekan ini. Anda tahu, saya memulai dengan tidak terlalu buruk, tetapi kemudian kami menemukan ban ini. Kami juga tidak bisa lolos ke Q2. Dan di kualifikasi kami berjuang lebih keras dengan ban,” kata pemakai nomor #44 itu.

“Dan hari ini start begitu jauh dari belakang grid. Saya pikir tiga atau empat lap, saya terkena imbas dari pembalap lainnya. Motor menjadi sangat kotor. Saya hanya melihat setengah.

“Dan dalam kecepatan ini, saya tidak bisa kencang. Saya tidak bisa mendekati dengan sangat baik. Saya bisa menyalip Pecco dua kali. Tapi itu tidak disengaja, karena saya menyalip, tapi tidak benar-benar mengetahui jarak karena pandangan yang setengah ini. Sangat sulit.”

Menyusul hasil finis ke-12 di Sirkuit Mandalika, Espargaro melorot turun ke peringkat keenam. Perolehannya adalah 20 poin, terpaut 10 poin dari Bastianini yang masih memuncaki klasemen sementara MotoGP 2022.

Seri ketiga akan digelar di Termas de Rio Hondo dalam balapan bertajuk Pertamina Grand Prix of Indonesia pada 1-3 April pekan depan.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Aleix Espargaro Curi Poin, Maverick Vinales Tak Sesuai Ekspektasi
Artikel berikutnya Highside di Mandalika, Diplopia Marc Marquez Kembali Kambuh

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia