Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

5 Hal Menarik Ahmad Jayadi: Awalnya Tak Tahu Motor Maupun Balap

Ahmad Jayadi merupakan seorang mantan pembalap motor top di Indonesia yang melegenda. Namun siapa sangka, ternyata ia dulunya tidak tahu banyak soal balap motor.

Ahmad Jayadi, legenda balap roda dua Indonesia

Foto oleh: Motorsport.com Indonesia

Siapa yang tak kenal Ahmad Jayadi? Memulai karier balap roda duanya pada 1993 silam, mantan pembalap nasional ini pernah memperkuat tiga pabrikan berbeda.

Momen tak terlupakannya saat masih aktif balapan tentu saja saat diturunkan di MotoGP Indonesia pada 1996 dan 1997 di kelas 125cc.

Saat itu, Jayadi turun sebagai wildcard. Ia finis di urutan ke-21 pada tahun 1996. Sementara pada 1997, ia justru gagal menyelesaikan perlombaan.

Sosok legendaris di balap roda dua Indonesia ini kini disibukan dengan aktivitas bengkel miliknya. Namun, ada lima hal menarik tentangnya yang bisa dikulik.

Baca Juga:

1. Pernah Satu Grid dengan Valentino Rossi

Saat itu, nama Valentino Rossi baru mulai tenar. Walau masih seorang pembalap muda, Rossi diprediksi bakal menjadi bintang di masa depan.

Itu terlihat dari catatannya saat itu. Rossi muda berhasil mencatatkan satu kemenangan di 1996, kelas 125cc. Barulah pada 1997, The Doctor dominan dengan hanya dua kali gagal naik podium dari total 15 seri.

Jayadi pun pernah satu grid dengan sosok yang sekarang menjadi legenda hidup balap motor itu. Dan diakuinya, Rossi mulai dikenal karena terus meraih kemenangan pada musim tersebut.

"Dulu Rossi mulai dikenal dunia kan karena memang dia menang terus tuh," katanya kepada Motorsport.com Indonesia, soal juara dunia sembilan kali (125cc 1997, 250cc 1999, 500cc 2001, MotoGP 2002-2005, 2008, 2009) itu.

"Di Indonesia pun waktu itu juga dia naik podium tertinggi kan, dari situlah nama dia mulai naik," Jayadi menambahkan.

2. Pembalap yang Tidak Tahu Balap Motor

Ahmad Jayadi terlahir dalam keluarga yang tidak suka balap motor. Saat pertama kali memacu roda dua, ia mengaku harus sembunyi-sembunyi dari keluarganya.

Tapi, karena suka mengutak-atik motor di sebuah bengkel, Jayadi lambat laun lebih serius terjun ke dunia balap motor. Ia bahkan sampai direkrut oleh berbagai pabrikan di kemudian hari.

"Ini menarik, karena saya awalnya tidak tahu motor, atau balap motor itu seperti apa. Intinya, kalau ditanya orang dulu cita-citanya apa, saya jawabnya mau jadi pembalap," ungkapnya.

"Dulu saya suka naik sepeda (karena mirip dengan motor), kalau ada agenda 17 Agustusan, itu pasti saya yang paling semangat."

3. Mengidolai Mick Doohan

Mick Doohan jadi salah satu pembalap yang disebut-sebut legenda dalam balap roda dua. Lima gelar juara berhasil diraihnya di kelas 500cc dari musim 1994 hingga 1998.

Dan seperti penggemar MotoGP muda pada saat itu, Jayadi pun mengaku mengidolai rider asal Australia tersebut.

"Ya Michael (Mick) Doohan lah saat itu. Semua ketutup sama dia. Kemudian kalau di kelas 250cc ada Max Biaggi sama Tetsuya Harada. Di 125cc si Noboru Ueda. Intinya, dulu sih memang para rider Jepang juga sedang naik-naiknya," tuturnya.

Ahmad Jayadi, legenda balap roda dua Indonesia

Ahmad Jayadi, legenda balap roda dua Indonesia

Foto oleh: Motorsport.com Indonesia

4. Punya Murid Balap yang Sebagian Besar Memiliki Racing School

Selepas gantung helm, Ahmad Jayadi memang disibukkan dengan kegiatan bengkel miliknya. Namun, bukan berarti ia melupakan pembalap-pembalap generasi selanjutnya.

Walau tidak mendirikan akademi dan membuka kelas reguler, pria berusia 45 tahun tetap membantu para pembalap muda lewat kelas privatnya.

Hasilnya pun tidak main-main. Beberapa nama besar di industri balap roda dua Indonesia pun pernah berguru dengannya. Dan uniknya, sebagian besar dari mereka kini memiliki sekolah balapnya sendiri.

"Hampir semua murid-murid saya sekarang memiliki racing school. Ahmad Marta punya 43 Racing School. Oki Ristan, 86 Ristan Racing School, itu dulu sama saya juga. Ada satu Matteo Guerinoni, itu juga pernah ikut saya," jelasnya.

"Jadi ya bisa dibilang saya yang melahirkan para coach sekolah balap."

5. Pemegang Sertifikat Turing Motor ke Sabang

Tak hanya membuka bengkel, kecintaannya terhadap motor juga membuat Ahmad Jayadi hobi turing. Terjauh, Jayadi pernah bepergian, mengendarai motornya hingga ke Sabang.

"Saya ini orang yang ke 10.093 (turing ke Sabang naik motor). Yang berkunjung ke Sabang naik motor itu kan waktu itu dapat sertifikat tuh," Jayadi bercerita.

"Waktu itu motor yang saya pakai CBX 600. Dari Larantuka sampai Labuan Bajo, wah itu surganya bikers."

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Oneprix Siap Gelar Seri Kedua Usai Tingkatkan Standar Keamanan
Artikel berikutnya Hujan Buat Seri Kedua Oneprix di Tasikmalaya Makin Menarik

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia