Rea: Saya terlalu tua hijrah ke MotoGP
Dua kali juara dunia World Superbike, Jonathan Rea, mengaku sudah terlambat untuk tampil dan berkompetisi di kejuaraan MotoGP.
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Sejak sukses merengkuh titel perdana WorldSBK pada 2015, sejumlah pihak berharap Rea hijrah ke MotoGP. Performa brilian kala menggeber Kawasaki diyakini dapat mengimbangi skill rival. Apalagi saat tes Jerez akhir November lalu, ia mampu tercepat dan mengungguli para pembalap MotoGP.
Pembalap Irlandia Utara itu bukannya menolak kemungkinan berlaga di MotoGP. Awal 2016, ia pernah menegaskan, hanya tertarik balapan jika mendapatkan paket motor yang kompetitif. Kini, pada 2017, Rea kembali melontarkan pernyataan serupa.
“Untuk datang ke sini dan membandingkan diri sendiri dengan para pembalap MotoGP, saya memerlukan peralatan yang tepat. Saya tidak akan datang ke sini hanya untuk berada di sini,” tukasnya dalam wawancara kepada WorldSBK.com.
“Saya sangat menikmati paddock WorldSBK dan mengendarai motor kami. Saya suka bekerja dengan Kawasaki, dan sekarang inilah tempat saya berada.
“Tapi saya juga berpikir, bahwa saya sekarang terlalu tua untuk datang ke MotoGP dan saya telah kehilangan kesempatan. Saya beruntung sempat balapan pada 2012 di Honda ketika menggantikan Casey (Stoner).
“Itu adalah balapan yang sangat sulit bagi saya, karena saya balapan di WorldSBK dan MotoGP dalam dua pekan beruntun. Tapi saya menikmatinya. Saya mengendarai salah satu motor terbaik dan mencetak beberapa poin.”
Faktor umur memang terkadang jadi persoalan. Usia yang tak lagi muda dapat mengurangi daya saing. Ditambah ketika mengalami cedera, yang tentunya memerlukan waktu pemulihan cukup lama.
Meski banyak pembalap balapan hingga usia pertengahan 30 tahun, bahkan Thomas Luthi musim depan akan berusia 31 tahun di kelas premier, Rea tetap bersikeras tidak mudah untuk bertarung di MotoGP.
"Ada lebih banyak area di mana kita bekerja untuk meningkatkan keahlian. Tapi saya berpikir, bahwa untuk saya, kesuksesan datang ketika menjadi orang yang lebih seimbang,” paparnya.
“Seiring bertambahnya usia dan hidu, saya berhenti terobsesi dengan motor. Itu berarti saya tidak terganggu oleh sesuatu yang pada masa lalu akan membuat saya kesal.
“Ini bukan hanya latihan. Ini juga tentang bagaimana elektronik membantu melindungi pembalap agar tidak jatuh. Tidak ada yang setinggi-tingginya, dan motor sekarang sama amannya dengan yang pernah ada, yang pasti membantu memperpanjang karier banyak orang.
“Jika Anda berbicara dengan Kevin Schwantz, dia akan menceritakan tentang era 2-tak dan bagaimana pembalap berusia 30-an ditekan sehingga mereka harus berhenti.”
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments