Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

Masuk Gim dan APRC, Bukti Reli Indonesia Masih Diminati Dunia

Indonesia pernah menjadi tuan rumah Kejuaraan Dunia Reli (WRC) pada tahun di era 90-an. Namun lambat laun, Indonesia tak kental dengan dunia reli. Apa benar Tanah Air sudah tak diminati mata dunia?

Sean Gelael, Team Jagonya Ayam, Citroen C3 R5

Foto oleh: Team Jagonya Ayam

Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki basis fan motorsport terbesar di dunia. Oleh sebab itu, banyak ajang balap yang tertarik menggelar perlombaan di sini.

MotoGP, A1 Grand Prix, World Superbike, menjadi beberapa ajang kelas dunia yang pernah menyambangi Nusantara. Termasuk juga WRC, yang pada medio 90-an pernah mencuri perhatian masyarakat lokal.

Namun, lambat laun, Indonesia mulai hilang dari peta WRC. Apa dikarenakan saat menggelar perlombaan di negara terbesar se-Asia Tenggara ini, jalannya event tidak seru? Pertanyaan tersebut bisa kita sangkal.

Reli Indonesia yang berlangsung pada 1996 dan 1997 justru menjadi panggung spektakuler. Momen-momen yang tidak diharapkan terjadi, justru muncul dalam ajang motorsport ini.

Reli Indonesia merupakan seri ketiga di kalender WRC 1996 silam. Tommi Makinen memenangi dua seri secara beruntun, Reli Swedia dan Reli Kenya, yang dikenal sebagai salah satu reli tersulit di dunia.

Baca Juga:

Tetapi, saat datang ke Medan, Sumatera Utara, Makkinen malah tak bisa banyak bicara. Ia gagal menyelesaikan reli. Begitu juga dengan bintang Inggris saat itu, Colin McRae, yang relinya berakhir secara prematur.

Sementara pada 1997, yang menjadi edisi kedua dari Reli Indonesia di WRC, kutukan Makkinen dan McRae saat musim 1996 masih menghantui mereka. Keduanya kembali gagal menyelesaikan reli.

Bagi McRae, Indonesia menjadi salah satu dari empat negara di mana dirinya gagal finis secara beruntun. Ya, mulai dari Reli Yunani, Selandia Baru, serta Finlandia, tren negatif dialami pereli yang saat itu berusia 29 tahun.

Pereli asal Spanyol, Carlos Sainz (ayah dari Carlos Sainz Jr) membuktikan diri sebagai raja reli di lintasan Tanah Air. Pasalnya, ia berhasil dua kali meraih kemenangan.

Bahkan, pada 1996, kemenangan di Reli Indonesia menjadi satu-satunya podium tertinggi yang diraih oleh Sainz. Benar-benar rajanya Reli Indonesia!

Carlos Sainz, peluncuran Ford Escort WRC

Carlos Sainz, peluncuran Ford Escort WRC

Foto oleh: Sutton Images

Krisis moneter yang melanda Indonesia, menjadikan negara tidak ideal untuk menggelar event internasional, menyebabkan WRC tidak datang ke Indonesia musim 1998. Sejak saat itulah, lambat laun hilang dari peta kejuaraan reli dunia.

Akan tetapi, bukan berarti penggemar dan komunitas reli di seluruh dunia sepenuhnya melupakan Indonesia. Buktinya, pereli internasional masih tertarik untuk menjajal gravel-gravel Indonesia.

Nuno Ricardo Pinto, kala itu membela Team Jagonya Ayam di Kejurnas Reli Indonesia 2021, memuji medan yang terletak di desa Aek Nauli.

Pereli asal Portugal yang pernah turun di WRC2 ini mengatakan, bahwa FIA sudah lama mencari jalur menantang seperti Aek Nauli, yang saat itu menjadi salah satu etape Kejurnas.

“Nuno mengatakan, Aek Nauli sangat bagus. Permukaan lintasannya memang kasar tetapi variatif," ucap Ahmad Syauki, pimpinan lomba (clerk of the course) Reli Danau Toba, saat mengulang pernyataan Nuno Pinto.

"Batu-batu memang ada tetapi ukurannya masih wajar. Lintasan seperti ini yang diinginkan FIA,” ucapnya menambahkan.

Peta WRC 1996-1997 yang dipakai di Reli Danau Toba 2021

Peta WRC 1996-1997 yang dipakai di Reli Danau Toba 2021

Foto oleh: Tri Cahyo Nugroho

Selain adanya respons dari pereli, masuknya Indonesia ke dalam kalender Kejuaraan Reli Asia Pasifik (APRC) 2022, menjadi bukti lomba off-road di Indonesia diinginkan oleh penggemar dunia.

Reli di sekitar Danau Toba pada September mendatang bakal menjadi putaran keempat pada tahun ini. APRC akan melombakan kategori Asia Cup.

Tak hanya datang dari dunia nyata, minat Reli Indonesia juga datang dari dunia virtual. Itu setelah konten Reli Indonesia masuk ke dalam gim Art of Rally.

Art of Rally merupakan gim simulasi reli yang menarik, karena mengangkat era keemasan reli mulai dari medio 80-an hingga 90-an.

Merasa Indonesia merupakan etape yang ikonik, tidak afdol rasanya jika Funselektor selaku pengembang tidak memasukan Indonesia ke dalam gimnya. Reli Indonesia pun resmi hadir dalam Art of Rally akhir tahun ini.

Nah, tunggu apa lagi? Penggemar dan komunitas reli saja masih ingin melihat aksi-aksi pereli besar di Indonesia. Kapan kita bisa kembali ke panggung WRC? Kalau mendengar pernyataan dari Ahmad Syauki, semoga saja secepatnya.

"Semoga saat itu (masuk ke kalender APRC) kami juga bisa mendapatkan status kandidat WRC agar memuluskan langkah mengembalikan lomba WRC ke Sumatra Utara,” tutur Ahmad Syauki di Kejurnas Reli tahun lalu.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Elfyn Evans Akui Kurang Percaya Diri pada Kecepatannya
Artikel berikutnya Sebastien Loeb Terbuka Ikuti Lebih Banyak Reli bersama M-Sport

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia