Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Susah Mencari Pembalap seperti Mario Suryo Aji

Mario Suryo Aji menjadi satu-satunya wakil Indonesia di Kejuaraan Dunia Moto3 2022. Musim perdananya di Moto3 ini pun menarik perhatian Wawan Hermawan.

Mario Suryo Aji, Honda Team Asia

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Hasil pembalap Honda Team Asia tersebut pada GP Qatar, balapan pertama musim ini di Sirkuit Internasional Lusail, Minggu (6/3/2022) lalu, memang belum memuaskan.

Dari hasil kualifikasi, Mario Suryo Aji hanya menempati posisi grid start ke-25, atau di barisan kesembilan di trek. Waktu lapnya terpaut hingga 3,078 detik dari peraih pole position, Izan Guevara (Gaviota GasGas Aspar Team).

Saat lomba, dari 29 pembalap yang turun, Mario Aji finis di P19. Tercatat tujuh pembalap tidak mampu finis pada balapan berdurasi 18 lap (96,84 km) di Lusail tersebut. Mario Aji pun tidak mendapatkan poin (hanya 15 pembalap teratas yang berhak poin).

Seusai balapan, Mario Suryo Aji mengakui lomba di Lusail memang sangat berat. Ia mengaku balapan pertama ini memberinya banyak pelajaran. Masukan dari tim juga sangat berguna.

Wawan Hermawan, WH19 Racing School

Wawan Hermawan, WH19 Racing School

Foto oleh: WH19 Racing School

Kiprah Mario Suryo Aji di Kejuaraan Dunia Moto3 2022 ini juga mendapat perhatian dari mantan pembalap Wawan Hermawan.

Sebagai pembalap yang dibesarkan Honda (12 tahun bersama) dan sangat lama memperkuat Astra Motor Racing Team, serta kerap memberikan pelatihan dan memiliki sekolah balap WH19 Racing School, Wawan Hermawan tahu benar seperti apa Mario Aji.

“Fondasi yang dimiliki Mario Suryo Aji sudah sangat bagus. Ajang-ajang yang diikutinya sebelum turun di Moto3 sudah tepat,” tutur Wawan Hermawan tentang pembalap kelahiran Madiun, Jawa Timur, 17 tahun lalu itu.

Bergabung dengan Astra Honda Racing School pada 2016, Mario Aji kemudian ditarik Astra Honda Racing Team untuk turun di ajang-ajang seperti Thailand Talent Cup dan kemudian Asia Talent Cup (ATC) pada 2018 serta Asia Road Racing Championship (ARRC).

Pada 2019 sampai 2021, Mario Aji turun di dua kejuaraan yang jauh lebih bergengsi, FIM CEV Moto3 Junior Championship dan Red Bull Rookies Cup.

Baca Juga:

Pengalaman dari dua ajang tersebut membuat Honda Team Asia memberinya kesempatan turun sebagai wildcard pada Moto3 Emilia Romagna 2021 di Sirkuit Misano, Italia. Saat itu, Mario Aji finis di P21.

“Pembalap dengan teknik dan bakat seperti Mario Suryo Aji sulit mencarinya di Indonesia. Saya kenal baik beberapa pembalap seangkatannya,” ucap Wawan Hermawan, yang aktif turun membalap dari awal era tahun 2000-an sampai 2019.

Talent dan teknik Mario Aji bagus. Namun begitu, saya kira memang masih butuh kerja lebih keras lagi agar dia mampu mendapatkan hasil lebih baik (di Moto3 2022),” tutur Wawan Hermawan yang sempat menjadi salah satu mentor di Astra Honda Racing School.

Pernyataan Wawan Hermawan bukan tanpa alasan. Dua pembalap yang pernah dibina WH19 Racing School, Herjun AF dan Surya Narayana, ikut bersaing dengan Mario Aji pada seleksi untuk ATC 2018.

Saat itu, dari 30 pembalap Indonesia yang mengikuti seleksi (dengan total peserta 127), Mario Aji bersama empat pembalap Merah Putih lainnya berhasil lolos ke ATC 2018. Mario Suryo Aji sendiri mampu finis di P5 – terbaik di antara pembalap Indonesia – pada klasemen akhir ATC 2018.     

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Ana Carrasco Kaget dengan Ketatnya Persaingan Moto3
Artikel berikutnya Walau Migno Lampaui Ekspektasi, Snipers Tetap Waspadai Foggia

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia