Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Banyak Pembalap Hebat Awali Karier F1 dengan Membayar

Prinsipal Tim Haas Formula 1, Guenther Steiner, merespons kritik yang menyebut timnya menarik Nikita Mazepin hanya karena pembalap asal Rusia itu memiliki dukungan finansial kuat.

Guenther Steiner, Team Principal, Haas F1 speaks to the media

Foto oleh: Andy Hone / Motorsport Images

Nikita Mazepin resmi menjadi pembalap Haas mulai F1 2021 pada Selasa (1/12/2020). Kendati begitu, tidak disebutkan nominal nilai kontrak berikut durasinya.

Spekulasi pun beredar bila Mazepin dikontrak untuk jangka waktu lama. Tidak hanya itu, logo perusahaan produsen pupuk asal Rusia, Uralkali, diyakini sebentar lagi akan menghiasi kedua sasis Tim Haas meskipun nilai komersialnya masih ditutup rapat kedua pihak.

Menariknya, kabar yang beredar menyebut Dmitry Mazepin – ayah Mazepin dan pemilik saham terbesar Uralkali – berencana menanamkan investasi besar di Haas. Pandangan miring pun mencuat bila masuknya Mazepin tak lepas dari rencana kucuran dana untuk Haas dari Dmitry.

Dalam beberapa tahun terakhir, kiprah sejumlah pembalap berlatar belakang orangtua miliuner nan berpengaruh, memang marak dibicarakan. Tidak sedikit pencinta F1 yang mulai skeptis dengan masa depan olahraga ini bila budaya ini terus berlanjut.

Baca Juga:

Meskipun begitu, Guenther Steiner bersikukuh bila Mazepin bukan tipe pembalap kebanyakan. Sangat jarang pembalap berbakat seperti dirinya memiliki dukungan finansial yang besar.

Mazepin menjadi runner-up GP3 (kini Formula 3) 2018 di bawah Anthoine Hubert. Setahun berikutnya, Mazepin turun di F2 dan mampu merebut 11 poin – termasuk dua pole position – untuk berada di posisi ke-18 klasemen akhir.

Pada musim keduanya di F2, 2020, Mazepin masih berpeluang merebut gelar setelah terpaut hanya 43 poin dari maksimal 48 poin yang bisa direbut pada sisa satu lomba (dua race).   

Satu modal krusial lain, Mazepin pernah menjadi test driver Tim Force India pada 2016, 2017, dan 2018. Juga bersama Tim Mercedes pada 2019.

“Banyak pembalap F1 yang debut berkat dukungan finansial. Tetapi tidak sedikit pembalap hebat yang memulai F1 dengan membawa sponsor untuk tim,” ucap Steiner kepada Motorsport.com.

Steiner lalu menyebut sejumlah nama pembalap di grid F1 musim ini yang melakukan debut dengan dukungan finansial besar. Mereka biasa disebut pay driver karena harus menyodorkan uang atau sponsor dalam jumlah besar untuk mendapatkan kursi pembalap.   

Sergio Perez, Racing Point, salah satu pembalap bagus di F1 meskipun berstatus pay driver saat debut.

Sergio Perez, Racing Point, salah satu pembalap bagus di F1 meskipun berstatus pay driver saat debut.

Foto oleh: Andy Hone / Motorsport Images

“Pertama, saya harus sebut nama Checo (sapaan Sergio Perez, pembalap Tim Racing Point). Saat pertama datang ke F1 (ke Tim Sauber pada 2011), Checo adalah pay driver,” kata Steiner. “Tapi, lihat Checo kini. Ia mampu finis podium dan di P5 klasemen F1 jelang dua lomba terakhir.”

Steiner lalu menyebut nama George Russell, andalan Williams-Racing, yang menurutnya salah satu pembalap hebat di F1 saat ini. Menurut Steiner, tanpa dukungan dari Mercedes – pemasok mesin Williams musim ini – Russell takkan ada di F1.

“Masih banyak pembalap seperti itu. Lance Stroll (Racing Point) juga mampu naik podium musim ini,” tutur Steiner. “Jika ada pembalap bagus di F2 dan memiliki sponsor oke, itu akan menjadi solusi yang sempurna.”

Guenther Steiner juga mengatakan bila mantan koleganya di Jaguar Racing, Niki Lauda, juga harus membayar untuk turun dua musim penuh perdananya di F1, bersama March pada 1972 lalu BRM pada 1973.

Kejadian ini bahkan dimasukan dalam cerita film layar lebar, Rush, yang mengisahkan tentang persaingan Lauda dengan pembalap top lain saat itu, James Hunt. Semua pun tahu bila akhirnya Lauda mampu merebut tiga gelar juara dunia F1 (1975, 1977, 1984).

“Ketika saya bicara dengan Niki soal F1 di masa lalu, ia bilang, ‘Saya berhasil ke F1 karena ada satu bank yang menjadi sponsor. Jadi saya bisa turun dan membeli posisi di tim’,” kata Steiner. “Seingat saya, itu terjadi di BRM. Ingat, Lauda juara dunia dalam dua periode (sempat mundur lalu kembali) di F1.”

Guenther Steiner sekali lagi menegaskan, performa bagus Mazepin di F2 menjadi pertimbangan utama Haas merekrutnya.

“Semua hanya tergantung dari sudut pandang mana Anda melihat, positif atau negatif,” ujar Steiner. “Jika seorang pembalap itu memang bagus ditambah dukungan finansial, ia akan memiliki peluang lebih baik daripada pembalap hebat tapi tidak didukung sponsor.”

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Grosjean Ingin Kembali Balapan di GP Abu Dhabi
Artikel berikutnya Positif Covid-19, Hamilton Terpukul Harus Absen

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia