Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Akselerasi Francesco Bagnaia Berubah Lebih Agresif di Inggris

Mantan pembalap top MotoGP Jorge Lorenzo memberikan analisis terkait perubahan pendelatan balap yang dilakukan Francesco Bagnaia saat memenangi GP Inggris, inggu (7/8/2022).

Francesco Bagnaia, Ducati Team

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Keberhasilan pembalap skuad pabrikan Ducati Lenovo Team itu menguasai balapan di Sirkuit Silverstone dengan performa impresif nan efisien, masih menjadi bahan perbincangan sejumlah pihak.

Salah satunya dari Jorge Lorenzo, juara dunia MotoGP tiga kali (2010, 2012, 2015). Pria yang kini menjadi komentator di DAZN tersebut sebelumnya menjagokan Aleix Espargaro (Aprilia Racing) untuk menang di GP Inggris.    

Sayangnya, Aleix Espargaro mengalami kecelakaan hebat di FP4 pada Sabtu (6/8/2022) yang memengaruhi performanya di kualifikasi (grid keenam) dan balapan (finis P9).

Namun, mantan pembalap yang sepanjang kariernya di MotoGP hanya membela tiga tim pabrikan: Yamaha (2008-2016), Ducati (2017, 2018), dan Honda (2019) itu tetap mengagumi apa yang sudah dilakukan Francesco “Pecco” Bagnaia dalam upayanya memenangi GP Inggris.

Baca Juga:

“Apa yang sudah ditunjukan Pecco membuat saya senang karena kemenangan ini direbut saat dirinya tidak difavoritkan untuk bisa naik podium utama,” ucap mantan pembalap asal Kepulauan Balearic, Mallorca, Spanyol, tersebut.

“Pecco hanya berada di grid kelima kualifikasi, dengan kecepatan terbaiknya. Saya melihat kunci sukses Pecco ada pada akselerasi yang agresif.

“Ini menjadi kemenangan pertama Pecco, saat dirinya tidak mampu menjadi yang tercepat sepanjang sesi-sesi sebelum balap di akhir pekan. Sebelumnya, ia selalu mampu mendominasi sesi Jumat dan atau Sabtu.

“Pecco dulu juga selalu lolos atau berduel langsung dengan Marc Marquez seperti yang terjadi di Aragon tahun lalu, saat ia merebut kemenangan pertamanya.

“Tetapi, sebelum di Silverstone ini, Pecco tidak pernah bertarung keras merebut kemenangan dari posisi start yang terbilang cukup jauh seperti di GP Inggris.”

Sekira dua pekan ke depan, putaran ke-13 Kejuaraan Dunia MotoGP akan menyambangi Red Bull Ring, Austria. Sirkuit dengan panjang lintasan hanya 4,318 km itu selama ini menjadi makanan empuk bagi Ducati karena sejumlah lintasan lurus panjangnya.

“Jika cuaca normal, jujur, akan sangat sulit mengalahkan mereka di sana. Ducati selalu menang di sana sejak 2016 (kecuali tahun lalu, saat pembalap KTM Brad Binder menang kala hujan tiba-tiba turun menjelang akhir lomba),” kata Lorenzo.

“Red Bull Ring ini tipe sirkuit yang butuh full throttle hingga 30% dari panjang lintasan. Sementara sirkuit-sirkuit lainnya hanya butuh antara 12% sampai 15%.

“Ini sirkuit model all-engine kesukaan Ducati karena selain cepat juga memiliki sebuah titik pengereman ekstrem yang membutuhkan jarak pengereman sangat dekat dengan tikungan (very late braking). Butuh traksi besar untuk berakselerasi keluar dari tikungannya.

“Walau Red Bull Ring trek favorit Ducati, jika hujan ceritanya bisa lain. Apalagi, gap top speed Ducati saat ini tidak lagi 10 km/jam seperti beberapa tahun lalu tetapi hanya di kisaran 2 km/jam sampai maksimum 5 km/jam.”

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Tanggal Tes Pramusim MotoGP 2023 Sudah Ditentukan
Artikel berikutnya Maverick Vinales Tak Pernah Ragu Gabung Aprilia

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia