Pembalap Ducati Sebut Kawasaki Dua Langkah Lebih Maju
Performa motor Panigale V4R mengecewakan bagi kedua pembalap Aruba.it-Ducati, Scott Redding dan Michael Ruben Rinaldi. Mereka memuji rival kuat di World Superbike 2021, Kawasaki, dua langkah lebih maju.
Kedua pembalap tersebut gagal mencuri kemenangan dari WSBK Belanda, di Assen, 24-25 Juli 2021. Kendati demikian, mereka naik podium kedua di belakang Jonathan Rea.
Redding menjadi runner-up dalam Race 1 dan Race 2, sedangkan saat Superpole giliran Rinaldi yang finis di urutan kedua.
Atmosfer dalam paddock tim Borgo Panigale gembira tapi terlintas kekesalan dari para pembalap akibat inkonsistensi penampilan di trek. Mereka kesulitan menempel Rea dengan ketat.
Redding pun makin penasaran dengan kelebihan Kawasaki Ninja ZX-10RR. Ia kerap mengamati diam-diam kelebihan motor.
“Saya selalu merasa bahwa mereka tahu sesuatu yang kami tidak tahu. Kami menemukan (kelemahan) setiap kali dua hari berikutnya, terlepas dari itu berhubungan dengan ban atau temperatur,” Redding mengeluh.
“Ada sesuatu yang memberi sedikit keunggulan. Mereka selalu tahu arah mana yang harus diambil. Bagi kami, itu merupakan permainan peluang. Ketika Anda berjudi, Anda tidak selalu menang.”
Scott Redding ist mit der aktuellen Situation bei Ducati nicht zufrieden
Foto: Dominik Lack
Rinaldi akhirnya tak menahan diri untuk berkomentar karena gagal dalam dua lomba utama, meski tampil apik di Superpole.
“Saya tidak gembira sama sekali. Jika motor berjalan dengan baik dan saya mengemudi dengan baik, kemudia kami ada di depan. Saya tidak merasa seperti pembalap yang pantas ada di peringkat kedelapan. Itu mengganggu dan saya tidak gembira,” ia menandaskan.
“Pada Superpole, saya hanya merasa nyaman untuk beberapa lap. Pada lap-lap ini, saya kurang lebih bisa mengejar Johnny. Setelah itu, saya tidak punya feeling sama dan kehilangan sentuhan, Kami tidak dapat memperbaiki masalah ini.”
Die Ducati Panigale V4R hat ein zu kleines Arbeitsfenster
Foto: Aruba.it Racing - Ducati
Pria Italia tersebut menyadari ada lubang dalam pengembangan motor yang akan merugikan kalau dibiarkan.
“Kami punya masalah dalam kondisi tertentu. Saya tidak bisa menunjukkan secara detail. Stelah dua balapan yang jeblok (di Aragon dan Estoril), kami datang ke Misano dan kencang di sana. Kemudian, kami tampil di Donington, hasilnya sangat buruk, sama seperti di Assen. Kami hanya kencang dalam beberapa sesi dan sedikit lap. Itu tidak cukup.
“Sebagai pembalap, gelar juara dunia jadi target saya pada beberapa poin. Jika saya dapat meningkat sepanjang balapan, saya akan gembira. Tapi kami tidak konsisten,” ujarnya.
Die Ducati ist für Siege gut, doch die Konstanz lässt zu wünschen übrig
Foto: Ducati
Kinerja dua rider Ducati jarang sejajar. Ketika salah satu meroket, yang lain terpuruk. Hingga sekarang, mereka belum menemukan masalah sekaligus solusi.
Meski marah, Rinaldi tidak menyalahkan tim di trek. “Tim bekerja keras. Saya tidak mengatakan bahwa mereka tak mencoba karena berusaha sangat keras. Saya bangga dengan tim. Tapi, kami tidak selevel dengan lainnya. Kami bukannya tak bisa menang, tapi kami hanya tidak konsisten,” ia menuturkan.
“Saya lebih baik finis ketiga di setiap lomba daripada menang dalam satu lomba dan finis ke-10 saat balapan berikutnya. Saya dan tim punya potensi ke puncak. Sayangnya, kami tidak sekonsisten pembalap lain sekarang.
“Johnny atau Toprak selalu kencang. Dibandingkan mereka, saya harus berkembang sebagai pembalap tapi saya bukan pembalap yang cocok untuk peringkat kedelapan. Itu mengecewakan saya.”
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Top Comments
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.