Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Boyong Debutan Jadi Bumerang Tim Satelit di MotoGP 2022

Keberanian tim-tim satelit MotoGP mengorbitkan para pembalap belia malah jadi bumerang bagi kedua belah pihak. Alih-alih menuai pujian, mereka malah panen kritik.

Remy Gardner, KTM Tech3, Raul Fernandez, KTM Tech3

Foto oleh: MotoGP

Tech3 KTM meletakkan karpet merah untuk dua talenta terbaik dari Moto2 2021, yakni juara dunia Remy Gardner dan runner-up Raul Fernandez. Prestasi yang mentereng nyatanya tak cukup untuk bisa bersaing di level tinggi.

Mereka malah menjadi penunggu dasar klasemen. Raul Fernandez dan Remy Gardner berada di peringkat ke-24 dan 24, berkat koleksi 5 dan 9 poin. Alhasil, skuad yang dipimpin Herve Poncharal jadi juru kunci tabel poin tim.

KTM sendiri mengaku terlalu terburu-buru memboyong keduanya ke MotoGP, hanya karena takut dicuri pabrikan lain.

“Lompatan dari motor Moto2 ke MotoGP sekarang sangat besar. Itu kenapa Remy Gardner dan Raul Fernandez kesulitan sejauh ini,” ucap Hubert Trunkenpolz, anggota dewan Pierer Mobility, dikutip dari Speedweek.

“Namun, Anda harus mengingat bahwa tahun lalu, mereka mendorong kami untuk mempromosikan mereka ke MotoGP. Dalam retrospeksi, orang-orang mungkin bilang, mungkin itu satu tahun lebih cepat.

“Jika kami tidak membawa mereka ke Tech3, mereka akan pergi ke pabrikan lain. Karena Remy mengatakan, ‘Saya juara dunia.’ Raul mengklaim, ‘Saya lebih cepat darinya.’ Jadi kami setuju berubah kelas.”

Langkah lebih ekstrim diambil RNF Racing dengan merekrut Darryn Binder, pembalap Moto3. Opsi yang membuat banyak orang terperangah. Namun kembali lagi, uang yang berbicara.

Rapor kurang mengesankan di Moto3, nol pengalaman di Moto2 dan gaya balap ugal-ugalan tidak jadi masalah.

Baca Juga:

Jurus memasangkan dengan veteran Andrea Dovizioso ternyata kurang ampuh untuk mengangkat prestasi mereka. Tim yang pernah jadi runner-up klasemen MotoGP 2020 sekarang malah berada di urutan kedua paling lemah.

Anjloknya prestasi tentu bukan karena pembalap, melainkan kesalahan sistem manajemen. Tim satelit memiliki keterbatasan dana sehingga dibebani biaya hospitality, akomodasi, perjalanan dan gaji kru.

Dorna Sports yang membayar sewa motor sebagai insentif. Sementara, pabrikan yang punya kuasa lebih besar dalam menentukan pembalap karena menanggung gaji para rider. Mereka memanfaatkan tim independen sebagai kawah candradimuka untuk calon rider masa depannya.

Sebab tergantung dalam banyak hal, maka tim satelit hanya bisa pasrah menerima limpahan pembalap dan motor. Tech3 dan RNF sudah berusaha keras memoles pembalap dengan berbagai cara tapi tanpa dukungan motor mumpuni hal itu sulit terjadi.

Dari sisi Gardner, Fernandez dan Binder, mereka apes karena melakoni debut bersama tim kurang kompetitif. Proses adaptasi pun tidak berjalan mulus.

Banyak yang harus mereka pelajari sedangkan YZR-M1 dan RC16 tidak berada dalam bentuk terbaik,  sehingga tim terus gonta-ganti setelan untuk mengupayakan poin.

Tak adanya pembalap acuan membuat perkembangan Fernandez dan Gardner terhambat. Binder pun kepayahan memperbaiki performa ketika dipasangkan dengan Dovizioso yang kariernya sudah redup. Gap pengalaman dan kemampuan pun terlalu jauh.

Darryn Binder, RNF MotoGP Racing

Darryn Binder, RNF MotoGP Racing

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Mimpi buruk tersebut membuat KTM yakin menganulir strategi menurunkan duo rookie dalam satu tim. Musim depan, mereka akan menggunakan format memasangkan pembalap muda dengan rider berpengalaman.

Pol Espargaro, yang berjasa dalam pengembangan RC16 dibawa pulang, kemungkinan besar dipasangkan dengan Gardner. Sementara, Fernandez sudah dilepas ke pasar.

“Kami tidak akan membiarkan dua debutan berkendara dalam waktu bersamaan di Tech3. Anda juga perlu pemimpin tim di sana. Karena itu, kami membawa Pol Espargaro kembali,” Direktur Motorsport Pierer Mobility AG, Pit Beirer, menjelaskan.

“Ketika Anda punya tim MotoGP kedua, masuk akal jika Anda menempatkan pembalap MotoGP berpengalaman di sebelah rookie. Paduan itu selalu bagus.”

Jika melihat perkembangan di bursa pembalap belakangan ini, tampaknya akan minim rookie yang naik kelas dibanding musim 2022. LCR masih menunggu akan mengganti Takaaki Nakagami dengan Ai Ogura atau bertahan.

Seandainya pembalap senior Jepang itu bertahan, praktis tidak ada debutan di grid. Akan menarik menyaksikan bagaimana tim satelit bangkit dengan kombinasi pembalap yang tidak buta iklim persaingan MotoGP.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Tinggalkan KTM, Raul Fernandez Ucapkan Salam Perpisahan
Artikel berikutnya Aleix Espargaro Peringatkan Potensi Gesekan di Akhir Musim MotoGP

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia