Pabrikan Gagal dalam Sejarah MotoGP
Sejak era MotoGP dimulai pada awal 2000-an, ada berbagai pabrikan yang terlibat. Hanya segelintir yang bertahan, tak sedikit yang gugur bahkan gagal tampil.
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Musim ini, ada enam pabrikan yang berada di grid, yakni Honda, Yamaha, Ducati, KTM, Suzuki dan Aprilia. Mereka menempatkan setidaknya satu wakil di 10 besar. Produsen motor itu bertahan karena komitmen, dukungan teknis dan dana kuat.
Padahal di awal, ada lima nama lain yang juga berkecimpung di ajang Grand Prix motor. Mereka adalah WCM, Modenas, Proton, Ilmor dan Kawasaki, yang hanya tampil beberapa tahun saja.
Harris WCM pernah didiskualifikasi tokoh otomotif asal Indonesia, Bambang Gunardi, ketika bakal turun pada MotoGP Afrika Selatan 2003. Gara-garanya mereka menggunakan motor produksi masal tapi dibekali mesin R1-Yamaha, tapi dengan empat kepala katup dan cassette transmisi. Mereka berencana kembali ke MotoGP pada 2007 karena sponsor prinsipal tim tak bisa mendatangkan dana tepat waktu.
Modenas KR3 mulai terjun ke grand prix pada 1997 dengan Kenny Roberts Jr. Riwayat mereka tamat lima tahun kemudian saat diakuisisi Proton.
Awalnya, Proton masuk pada 2002 dengan KR3 lalu ganti jadi KR5. Roberts ikut mengembangkan motor-motor tersebut. Sungguh disayangkan, kualitasnya tak mumpuni dibandingkan tunggangan lawan. Penampilan terakhirnya terjadi di Valencia 2004.
Kisah Ilmor lebih tragis. Karena tak punya dana, mereka terpaksa menyudahi petualangan di MotoGP seumur jagung. Dengan Garry McCoy dan Andrew Pitt, mereka hanya tampil di tiga balapan, yakni dua musim gugur 2006 dan sekali Qatar 2007.
Kawasaki bertahan tujuh tahun di level premier, di mana mereka mengakhiri kiprahnya pada 2008. Meski begitu, motor mereka masih dipakai Hayate tahun berikutnya. Sebenarnya pabrikan ini ingin kembali ke MotoGP tapi ditolak mentah-mentah oleh Dorna, keculai mereka mau membuat motor dengan standar kategori tersebut, bukannya motor WSBK yang dimodifikasi.
Contoh kegagalan lainnya adalah Motoczycs, Oral-BMW, Petronas Engineering dan Inmotec yang membuat motor untuk MotoGP. Sayangnya, tidak pernah mengaspal.
Michael Czycs membuat prototipe C1 dengan kapasitas mesin 990cc. Meski sempat diuji dalam beberapa lap MotoGP Amerika Serikat, Laguna Seca, pada 2006, tapi motor itu urung dipakai karena perubahan regulasi, turun dari 990cc ke 800cc.
BMW, Petronas dan Inmotec yang menggunakan mesin tiga silinder bahkan tidak pernah menguji coba motor di lintasan.
Walau begitu, mereka setidaknya mencoba mewujudkan harapannya. Itu berbeda dengan Mecachrome, Norton, Blata, MZ, Gilera dan Drysdale sebatas mengangankan berada di antara tim-tim top.
Drysdale berencana menjalankan proyek V8 agar bisa mengakses kelas 990cc. Blata ingin membangun mesin 990cc dengan enam silinder. Tapi keterbatasan dana, membuat mereka tak mampu memproduksi mesin dan motor MotoGP.
Petr Karel Korous meninggalkan banyak utang ketika membuat motor MZ yang akhirnya gagal dieksekusi. Padahal, ia telah mengontrak pembalap Jose-Luis Cardoso dan Ralf Waldmann.
Norton sudah mencapai kesepakatan dengan Inmotec. Program mereka hancur karena motor tak siap dan pabrikan Inggris kekurangan biaya.
Mecachrome ingin memasok pabrikan motor Zonghsen dari Cina mesin V4, yang tak pernah terlaksana.
Kenny Roberts, Prinsipal Proton Team KR
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments