Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

Tiga Titik Balik dalam Karier Dan Ticktum

Dan Ticktum mengakui bahwa direkrut dua akademi tim Formula 1 menjadi titik balik dalam kariernya. Sayangnya, ia gagal memaksimalkan peluang sehingga sulit naik ke level elite.

Dan Ticktum, Carlin

Foto oleh: Mark Sutton / Motorsport Images

Jatuh bangun dialami pembalap Carlin itu dalam kariernya. Dari segi kualitas dan daya saing, ia tak kalah dengan lawan-lawannya. Hanya saja, tingkah lakunya yang kadang buruk merusak segalanya.

Punya prestasi bagus dalam berbagai ajang go-kart, ia pun mulai terjun di ajang Formula pada 2015. Dalam debutnya, Ticktum dipaksa untuk hiatus.

Pilot yang memperkuat Fortec Motorsport untuk MSA Formula itu, terlibat insiden besar di Silverstone. Ia menyalip beberapa mobil pada periode safety car, selepas kecelakaan yang menimpa Ricky Collard.

Pembalap Inggris tersebut dijatuhi sanksi dua tahun di dunia balap, di mana satu tahun tak boleh tampil sama sekali. Pelajaran itu membuatnya lebih menggunakan otak saat balapan dan menghormati lawan.

Setelah skorsing setahun selesai, Ticktum diikat Carlin dan bertarung dalam putaran akhir FIA Formula 3 Eropa. Ia juga turun di Macau Grand Prix dan Formula 3 Inggris dengan Double R Racing.

Ticktum menjadi juara Macau Grand Prix 2017 dan 2018. Lalu dinobatkan jadi runner-up Formula 3 Eropa 2018.

Pencapaian tersebut ditorehkan dengan status didikan Red Bull, yang merekrutnya pada 2017. Bagi pemuda kelahiran 8 Juni 1999, hal itu merupakan titik balik kedua,.

“Ada saat di mana pada awal karier, saya terlibat masalah dan harus keluar setahun dari motorsport. Saya tidak suka kembali seperti itu, tapi itu menjadi refleksi bagi saya. Pengalaman itu membuat saya matang di berbagai sisi,” ucapnya dikutip dari situs Formula 2.

Baca Juga:

“Kemudian, saya direkrut Red Bull. Itu membuat saya memberi nilai lebih atas kesempatan yang saya miliki. Saya memang lebih matang, tapi masih saja kurang matang di sisi lain. Kadang ada konflik di sana.

“Jika Anda terlalu matang dan tidak dewasa di sisi lain, maka Anda menjadi lebih arogan.”

Bergabung dengan salah satu akademi balap terbaik, membuka wawasan lebih luas. Ia mempelajari mobil Formula 1, hubungan dengan tim serta berlatih dengan simulator F1.

“Direkrut Red Bull merupakan bagian positif dalam karier saya. Melakukan seluk-beluk F1 di sana, beberapa tahun di sim, mengajarkan saya tentang bagaimana menyetel mobil secara tepat dengan para insinyur level atas.

“Itu membantu menerjemahkan feedback saya kepada para insinyur dan meningkatkan set-up di mobil mana pun yang saya kemudikan.

“Saya kira jika Anda menanyakan kepada tim yang bekerja dengan saya beberapa tahun terakhir, mereka akan mengatakan kalau saya sangat bagus dalam memberi feedback. Sangat pandai berbicara dan sangat bagus menempatkan mobil ke arah yang diperlukan,” ujarnya.

Dan Ticktum, Carlin, melintir

Dan Ticktum, Carlin, melintir

Foto oleh: Mark Sutton / Motorsport Images

Dilepas Red Bull, Ticktum lantas ditampung Williams. Kekecewaan pun berganti jadi motivasi tampil lebih bagus lagi. Kesepakatan baru merupakan titik balik lain dalam kariernya.

“Williams sangat positif, keluarga, Frank, Claire dan Mark memberi dukungan sangat besar. Saya mengalami periode sangat berat setelah didepak Red Bull,” ia mengenang.

“Itu bukan saja seperti lengan yang memeluk saya, tapi itu mendongkrak kepercayaan diri untuk maju dan mencoba tampil bagus tahun depan di Formula 2.”

Musim lalu, ia ditawari membela DAMS dalam F2. Ia mengaku kurang kompetitif sehingga hanya sampai peringkat ke-11.

“Sungguh disayangkan, tahun dengan DAMS tidak terlalu bagus. Ada sejumlah perubahan pada mobil dan tim. Kami menderita sepanjang musim

“Juri Vips jadi teman saya sebentar. Dia tak bisa mendekati saya dan kami di sekitar 10 besar, tapi masih kurang berjuang,” katanya.

Ticktum tak bertahan lama jadi bagian akademi Williams. Pembalap 22 tahun tersebut tentu sulit membuka akses ke F1 tanpa sponsor dari tim yang berkecimpung dalam adu kecepatan jet darat.

Kemungkinan ia akan menunggu kesempatan emas datang, sembari cari peruntungan pada kompetisi lain.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Formula 2 dan Formula 3 Perkenalkan Sistem Poin Baru
Artikel berikutnya David Beckmann Ingin Format Formula 2 2021 Dipakai Musim Depan

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia