Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Alami Bulimia dan Depresi, Canet Sempat Ingin Mundur dari Moto2

Aron Canet mengungkapkan perjuangannya melawan problem psikologis yang sempat membuatnya berpikir untuk angkat kaki dari Moto2.

Aron Canet, Pons Racing

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Di balik prestasinya, ternyata pembalap Spanyol itu ternyata kesehatan mentalnya terganggu. Setelah mendarat di peringkat ketiga CEV Moto3, Canet dipromosikan Estrella Galicia 0,0 ke Moto3 2016.

Ia mempersembahkan peringkat ketiga satu musim 2017. Dalam tiga tahun itu, Canet mengoleksi 3 pole position, 10 podium dan 3 kemenangan.

Sterilgarda Max Racing Team memboyongnya pada 2019 dan membantu merebut runner-up usai mencetak tiga kemenangan dan tujuh podium.

Rapor mengesankan itu membuka jalan ke Moto2 bersama Aspar Team. Dalam dua tahun, ia mencapai peringkat ke-14 dan keenam, serta tembus tiga besar lima kali.

Canet pun pindah ke Flexbox HP40 tahun ini. Ia sempat digadang-gadang jadi penantang juara dunia, namun crash dan cedera menahannya di peringkat keempat.

Dalam program ‘La Caja de DAZN’, pemuda 22 tahun itu buka-bukaan seputar penderitaannya dan upayanya mengatasi mental yang kurang sehat. Canet bahkan pernah mengidap bulimia saat berkompetisi di Moto3.

“Kala itu, saya menimbang bobot hingga 15-20 kali sehari. Saya menderita bulimia, insomnia, kepala pusing, pingsan, pucat…Di lingkungan saya, tidak ada yang tahan dengan saya,” ia mengenang.

“Saya ingat adu argument dengan tim hanya karena hal-hal bodoh tentang tidak mau makan.”

Pikiran buruk terus menghantui ketika tampil buruk. Itu kian menjadi dalam musim debut di Moto2. Canet bahkan mengatakan kepada manajer ingin berhenti dari kejuaraan dunia.

Baca Juga:

“Saya pikir saya kurang berusaha keras semampu saya. Saya tidak merasa baik tentang diri sendiri. Ketika saya bicara kepada Jose Luis Alcarria (asisten), dia menjawab, ‘Kita lihat saja. Jika Anda tidak merasa bagus, Aron, kita akan berhenti dan seperti itu. Kami akan menemukan dinamika lainnya,” tuturnya.

Berkat dukungan orang sekitar, termasuk pelatih fisik Miguel Maeso, penggemar tato itu perlahan keluar dari penderitaan.

“Kemudian pikiran saya rileks, saya bertemu pelatih fisik Miguel Maeso dan kami mulai bekerja keras. Bagi saya, latihan merenggut banyak pikiran dari kepala. Saya sangat menikmatinya, lebih santai dan itu jadi rutinitas harian,” ia menjelaskan.

“Saya mengalami periode sangat buruk. Sekarang, saya menimbang badan hanya sekali sepekan. Jika saya naik berat badan karena pada akhirnya terlihat bagus secara fisik. Saya mendapat hasil dan kami melakoni dengan sangat baik.”

Ia senang bergabung dengan skuad milik Sito Pons meski tak memungkiri sulit memahami kemauan sang bos.

“Sangat rumit bekerja dengan orang-orang mumpuni, yang pernah menjadi juara dunia karena mereka mencoba menanamkan banyak hal kepada diri Anda. Pada akhirnya, Anda menjadi pembalap aktif dan sulit memahami bos Anda,” ucapnya.

“Sito adalah seseorang di mana saya pernah lawan dalam enam balapan dan darinya, saya harus banyak belajar. Saya sudah mengenalnya. Setiap nasihat dari dua juara dunia tentu dipersilakan.”

Aron Canet, Pons Racing

Aron Canet, Pons Racing

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Sahabat Kecil Quartararo

Meski bersahabat, perjalanan Canet dan Fabio Quartararo tak seiring sejalan dalam karier. Ia masih bertarung di Moto2 dan mungkin sulit dapat kesempatan naik kelas musim depan.

Sebaliknya, pembalap Prancis terjun ke MotoGP sejak 2019 dan mengunci juara dunia musim lalu.

Saat ditanya apakah ia ingin jadi rekan setim, rider yang baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas itu menjawab sambil bercanda, “Di mana saya harus tanda tangan kontrak?

“Saya punya hubungan baik dengan Quartararo. Di paddock, saya jaga jarak dari orang-orang karena saya sangat ngotot pada masalah profesional. Sulit bagi kami menjadi kolega Anda dan di trek.

“Ketika kami anak-anak, kami sering bergaul bersama. Kami rekan setim dan kadang, dia menjadi pelindung saya.”

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Augusto Fernandez Fokus Raih Banyak Poin
Artikel berikutnya Plus-Minus 3 Pembalap Calon Kuat Juara Dunia Moto2

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia