Makin Berat Pembalap, Kian Sulit Melaju Saat Panas
Postur dan bobot pembalap motor merupakan salah satu faktor yang tidak bisa dianggap enteng. Belakangan, hal tersebut kembali jadi bahasan hangat khususnya World Superbike (WSBK). Apakah memang bobot berpengaruh?
Semua berawal dari perang komentar antara Scott Redding dan penerusnya di Aruba.it Ducati, Alvaro Bautista. Pembalap Spanyol itu malah mengecap sukses usai kembali dirangkul pabrikan Borgo Panigale.
Redding, yang kini sedang kesulitan di tahun pertama membela BMW, menyebut Bautista memborong podium sepanjang musim karena postur tubuhnya paling mungil di antara penghuni grid. Bukan berkat talentanya.
Dengan tinggi 1,69 meter dan berat 67 kg, eks rider Honda Racing itu dianggap mudah mencatatkan waktu lap cepat ketika melaju di trek lurus.
“Jika saya lebih ringan 20 kg, saya mungkin akan jadi juara dunia 2 atau 3 kali dalam karier saya. Bautista memimpin dengan impresif di jalur lurus dan ini tidak benar,” tutur Redding, yang memiliki tinggi 1,85cm dan bobot 80 kg, kepada GPOne, sebelum mendorong agar WSBK menetapkan batasan bobot.
Bautista tentu gerah dengan tudingan itu. Ia membantah pemilik berat badan ringan dan tubuh relatif pendek bisa menang mudah.
Lalu, pria 37 tahun itu memberi contoh bagaimana Aleix Espargaro mampu jadi runner-up sementara MotoGP 2022, meski tubuhnya jangkung.
“Bagi saya, yang penting mengebut. Anda selalu menginginkan kecepatan lebih tinggi. Lihat Aleix Espargaro, tinggi seperti Scott. Namun, dia sangat keras berlatih dan beratnya mungkin lebih banyak enam kilogram dari saya,” Bautista menjelaskan.
“Kalau Scott mau lebih kencang di trek lurus, Anda harus menghilangkan berat sejumlah otot. Kalau Anda bisa menggerakkan motor dengan otot lebih sedikit dan kurang kekuatan, Anda punya poin positif dan negatif.”
Bautista mengkritisi gagasan bobot minimum motor plus pembalap. “Menurut saya, sangat bodoh menetapkan berat minimum dengan motor. Kami tidak menggunakan tenaga penuh untuk motor ini di sebagian besar balapan. Jadi gagasan itu bodoh,” tuturnya.
Panasnya bahasan soal tinggi dan berat badan, membuat penggemar WSBK lebih memperhatikan postur para pembalap terutama saat bertarung di Donington Park.
Toprak Razgatlioglu yang merajai WSBK Inggris, memiliki bobot 77 kg. Sedangkan, dua musuh besarnya, Jonathan Rea paling berat dengan 88 kg dan Bautista 67 kg.
Fakta tersebut tak membuktikan apa pun secara gamblang. Hanya saja, dalam MotoGP dan WSBK modern, yang mengandalkan perangkat elektronik dan ban, ada kecenderungan pembalap yang memiliki berat lebih dari 75 kg justru lebih bermasalah saat melaju dalam temperatur aspal tinggi. Sebaliknya, mereka justru mendapat keuntungan saat temperatur turun.
Memang rider ringan bagus dalam akselerasi tapi tak mudah mengubah arah motor dan pengereman. Sebaliknya, dua hal tersebut jadi keuntungan pembalap berat.
Pembalap pendek punya kelebihan dalam aerodinamika dan mereka yang tinggi lebih mudah mengendalikan motor. Intinya selalu ada dua sisi dalam setiap kondisi.
Hanya saja, ketimpangan yang terjadi membuat pelaku balap mendorong adanya patokan berat minimum kendaraan plus pembalap. F1 sudah memperkenalkan hal itu, di mana tahun ini menjadi 798 kg atau lebih banyak 46 kg dari batas musim 2021.
MotoGP mendiskusikan bahwa minimum berat 157 kg untuk level premier, Moto2 217 kg dan Moto3 152 kg.
Alvaro Bautista, Aruba.it Racing Ducati, Toprak Razgatlioglu, Pata Yamaha WorldSBK, Jonathan Rea, Kawasaki Racing Team WSBK
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Top Comments
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.