Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Vandoorne Kandidat Pengganti Norris saat Diskors

Stoffel Vandoorne bersiap kembali ke Formula 1 setelah vakum 2,5 musim. Ia digadang-gadang menggantikan pembalap McLaren, Lando Norris, ketika dilarang balapan.

Lando Norris, McLaren MCL35M

Foto oleh: Andy Hone / Motorsport Images

Norris merupakan pembalap dengan poin penalti tertinggi musim ini, yakni 10. Menurut aturan, pilot F1 yang poin penalti mencapai 12 dalam 12 bulan, maka bakal dilarang tampil dalam satu lomba.

Penalti diberikan karena pembalap Inggris tersebut memaksa Sergio Perez (Red Bull Racing) melenceng dari lintasan di GP Austria. Keduanya bertarung memperebutkan posisi kedua.

Dianggap mengemudi dengan ceroboh, steward menjatuhkan penalti waktu lima detik. Rupanya tak cukup sampai di situ, Norris dapat penalti dua poin.

Jelang GP Inggris di Sirkuit Silverstone, 18 Juli mendatang, dua poin penalti akan gugur sehingga sisa delapan. Kendati demikian, bukan berarti situasi dalam paddock McLaren bisa tenang.

Tidak ada yang dapat menjamin Norris bersikap lebih kalem dan mengurangi agresivitas di sisa musim. Hal ini membuat prinsipal McLaren, Andreas Seidl, ketar-ketir.

Podium:  posisi ketiga  Lando Norris, McLaren

Podium: posisi ketiga Lando Norris, McLaren

Foto oleh: Alessio Morgese

“Itu tidak menjamin. Ada risiko fundamental,” ujarnya dalam wawancara dengan RTL.

“Saya kira kami semua setuju bahwa dalam insiden seperti dengan Checo, bukan kepentingan Formula 1 dan olahraga jika seorang pembalap diskors dari balapan karena peristiwa itu.”

Beberapa tim mendorong agar Federasi Otomotif Internasional (FIA) dan Formula 1 mengkaji ulang sistem penalti poin untuk kasus tertentu. Seidl mengungkapkan, ”Aturan seharusnya bisa berfungsi bagus, tapi bukan untuk insiden seperti hari Minggu lalu.”

Seidl akan membawa topik tersebut dalam pertemuan dengan tim-tim lain yang juga menghadirkan perwakilan Formula 1. “Kami akan membahasnya pada pertemuan berikutnya dengan tim-tim dan Formula 1. Pembalap juga akan melakukan pendekatan dengan hati-hati,” ia menjelaskan.

Baca Juga:

Untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk, maka Seidl harus mencari pengganti Norris ketika hukuman diterapkan. Mereka memanfaatkan kerja sama dengan Mercedes, selaku pemasok mesin.

“Kami punya kesepakatan dengan Mercedes terkait pembalap cadangan mereka, jadi Stoffel Vandoorne adalah pilihan pertama,” kata Seidl.

Kalau itu terjadi, maka kesibukan Vandoorne bertambah lagi musim ini. Ia memperkuat Jota Sport bersama Sean Gelael dalam Kejuaraan Ketahanan Dunia (WEC) dan Asian Le Mans Series, serta Mercedes-EQ Formula E Team untuk Formula E. Ia juga dikontrak sebagai pembalap cadangan Mercedes di F1.

Pembalap Belgia itu pernah balapan dengan McLaren pada 2016 dan 2017. Ia masuk 10 besar sebanyak tujuh kali kala itu. Terakhir kali, Vandoorne melaju dalam kokpit mobil F1 dalam GP Abu Dhabi 2018.

Stoffel Vandoorne, Mercedes-Benz EQ, EQ Silver Arrow 02

Stoffel Vandoorne, Mercedes-Benz EQ, EQ Silver Arrow 02

Foto oleh: Alastair Staley / Motorsport Images

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Vettel Tak Menyesal Gagal Reuni dengan Red Bull
Artikel berikutnya Talenta Verstappen Terendus sejak Usia 7 Tahun

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia